@EDD. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ketika Gubukku terbakar


Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah.

"Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis.

Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.

"Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk.Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan.

Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan.Ketika ada kejadian negative terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Aku sudah tua


Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku......
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah
bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah
beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu
mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru,
jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa"
darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.

Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
di samping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu
mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini,
sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh
rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga
untukmu.

Pesan:
Hormati Ayah dan Ibumu sebelum mereka meninggalkan anda dengan kedukaan yang mendalam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketelitian


Di sebuah ruang kuliah, seorang profesor kedokteran memberikan kuliah perdananya. Para mahasiswa baru itu tampak serius. Mata mereka terpaku menatap profesor, seraya tangan sibuk mencatat.

“Menjadi dokter, butuh keberanian dan ketelitian,” terdengar suara sang profesor. “Dan saya harap kalian dapat membuktikannya.” Bapak itu beranjak ke samping. “Saya punya setoples cairan limpa manusia yang telah direndam selama 3 bulan.” Profesor itu mencelupkan jari ke dalam toples, dan memasukkan jari itu ke mulutnya. Terdengar teriak-teriak kecil dari mahasiswa itu. Mereka terlihat jijik. “Itulah yang kusebut dengan keberanian dan ketelitian,” ucap profesor lebih meyakinkan.

“Saya butuh satu orang yang bisa berbuat seperti saya. Buktikan bahwa kalian ingin menjadi dokter.” Suasana aula mendadak senyap. Mereka bingung: antara jijik dan tantangan sebagai calon dokter. Tak ada yang mengangkat tangan. Sang profesor berkata lagi, “Tak adakah yang bisa membuktikan kepada saya? Mana keberanian dan ketelitian kalian?
Tiba-tiba, seorang anak muda mengangkat tangan. “Ah, akhirnya ada juga yang berani. Tunjukkan pada teman-temanmu bahwa kau punya keberanian dan ketelitian. Anak muda itu menuruni tangga, menuju mimbar tempat sang professor berada. Dihampirinya stoples itu dengan ragu-ragu. Wajahnya tegang, dan perasaan jijik terlihat dari air mukanya.

Ia mulai memasukkan jarinya ke dalam toples. Kepala menoleh ke samping dengan mata yang menutup. Teriakan kecil rasa jijik kembali terdengar. Perlahan, dimasukkannya jari yang telah tercelup lendir itu ke mulutnya. Banyak orang yang menutup mata, banyak pula yang berlari menuju kamar kecil. Sang professor tersenyum. Anak muda itu tersenyum kecut, sambil meludah-ludah ke samping.

“Aha, kamu telah membuktikan satu hal, anak muda. Seorang calon dokter memang harus berani. Tapi sayang, dokter juga butuh ketelitian.” Profesor itu menepuk punggung si mahasiswa. “Tidakkah kau lihat, aku tadi memasukkan telunjuk ke toples, tapi jari tengah yang masuk ke mulut. Seorang dokter memang butuh keberanian, tapi lebih butuh lagi ketelitian.”

***

Tantangan hidup, kadangkala bukan untuk menghadapi kematian. Tapi, justru bagaimana menjalani kehidupan. Banyak orang yang takut mati. Tapi, tidak sedikit yang memilih mati ketimbang hidup. Banyak yang menghabisi hidup pada jalan-jalan tercela. Banyak pula yang enggan hidup hanya karena beratnya beban kehidupan.

Ujaran profesor itu memang benar. Tantangan menjadi seorang dokter-dan sesungguhnya, menjadi manusia-adalah dibutuhkannya keberanian dan ketelitian.
Bahkan, tantangan itu lebih dari sekadar mencicipi rasa cairan limpa di toples. Lebih berat. Jauh lebih berat. Dalam kehidupan, apa yang kita alami kadang lebih pahit dan menegangkan. Namun, bagi yang teliti, semua bisa jadi manis, menjadi tantangan yang mengasyikkan. Di sanalah ditemukan semua rasa, rupa dan suasana yang mendidik. Dan mereka dapat dengan teliti memilah dan memilih.

Teman, hati-hatilah. Hidup memang butuh keberanian. Tapi, akan lebih butuh ketelitian. Cermati langkahmu, waspadai tindakanmu. Hati-hati saat “mencelupkan jari” dalam toples kehidupan. Kalau tidak, “rasa pahit” yang akan kita temukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesuksesan


Hal apa yang paling diinginkan semua manusia? Jawaban hanya satu: sukses. Kesuksesan telah menjadi kebutuhan setiap insan manusia di muka bumi ini. Itulah sebabnya orang menempuh berbagai cara untuk memperoleh. Salah satunya dengan jalan pendidikan formal. Sayangnya sukses bukanlah hal yang bisa dengan mudah bisa diraih setiap orang. Orang bijak selalu berkata, tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. There is no success without sacrifice!

Meski sukses telah menjadi kebutuhan mutlak setiap manusia toh tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang arti kesuksesan. Ada yang menganggapnya sebagai kekayaan. Kelompok ini umumnya mencurahkan hidupnya untuk menumpuk harta. Mereka melihat uang sebagai simbol kesuksesan. Itulah sebabnya mereka menjadi serakah dan amat mendewakan uang. Uang menjadi oksigen yang mutlak diperlukan bagi kehidupan mereka.

Sayangnya orang-orang seperti ini hidupnya hampa. Mereka umumnya cepat curiga terhadap orang lain. Amat sulit bagi mereka untuk berpikir positif terhadap orang lain. Kalau ada yang mencoba dekat, mereka lantas berpikir, “Jangan-jangan orang ini mau mengambil harta saya.” Seorang Mahaguru kebijaksanaan pernah berkata orang yang menomorsatukan harta tidak akan menemukan arti hidup yang sejati. “Sebab di mana hartanya berada, di situlah pula hatinya berada,” demikian nasihat Sang Mahaguru.

Saya tidak memungkiri bahwa kekayaan -khususnya uang- penting bagi hidup. Siapa sih yang tidak butuh uang? Sebuah lembaga keagamaan dan lembaga sosial pun butuh uang untuk kegiatan operasionalnya. Mana bisa kita mendirikan tempat ibadah tanpa uang yang merupakan
sumbangan dari orang lain? Uang memang penting tapi uang bukan segalanya. Uang adalah sarana untuk membuat hidup kita makin berarti. Baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Selain kekayaan, ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenangan hidup. Kelompok ini tidak suka macam-macam. Sebagian bahkan cenderung pasif dan menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Sikap seperti ini juga merupakan sebuah pilihan dan kita tidak bisa
mengatakan itu keliru.

Ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenaran. Mereka rela menempuh jalan panjang yang menanjak demi popularitas. Terkadang perjalanan panjang ini sangat melelahkan sehingga beberapa memilih jalan pintas dengan mempraktekkan cara-cara kurang terpuji, seperti (maaf) menjual diri. Sudah bukan rahasia lagi kalau tidak sedikit penyanyi atau bintang film yang pernah tidur dengan produsernya. Tidak semua dari mereka yang mengambil jalan ini. Saya sendiri kenal dengan banyak artis yang tetap mempertahankan kehormatannya daripada ditukar dengan popularitas.

Paham bahwa kesuksesan identik dengan ketenaran biasanya hanya terbukti kebenarannya pada tahap awal. Lambat-laun, seiring makin meningkat popularitas, banyak hal-hal tertentu terjadi yang pada akhirnya membuat seorang tokoh publik (public figure) terpaksa menolak paham ini. Misalnya dengan hilangnya privacy yang bersangkutan karena setiap gerak-geriknya senantiasa diawasi masyarakat lewat pers. Terkadang saya sendiri amat iba melihat bagaimana kehidupan seorang artis “diobok-obok” secara berlebihan oleh media massa. Pihak media selalu mengatakan bahwa apa yang disajikannya adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu pembaca atau penonton. Mungkin ada benarnya juga. Yang pasti, jelaslah sudah bahwa kesuksesan tidak identik dengan ketenaran.

Selanjutnya ada juga yang mendefiniskan kesuksesan dengan kesehatan yang prima. Terhadap definisi ini terkadang saya mengajukan pertanyaan reflektif, bukankah ada begitu banyak orang dengan kesehatan yang amat prima namun hidupnya kosong? Mereka sama sekali tidak berkarya dan berusaha menjadikan hidupnya lebih berarti.

Jadi, apa sih definisi sukses yang tepat? Saya tidak berpretensi menyebut diri sebagai pakar kesuksesan karena saya pun masih terus belajar dan mencari apa arti sebuah sukses sejati. Yang pasti, saya pernah membaca satu definisi tentang sukses yang tampaknya cukup menarik untuk kita simak bersama. Menurut motivator terkenal, Zig Ziglar, sukses sejati mencakup delapan bidang kehidupan, yakni: kebahagiaan, kesehatan, keuangan (kemakmuran), keamanan, kualitas persahabatan (mempunyai banyak sahabat), hubungan keluarga yang baik, pengharapan akan masa depan, dan kedamaian pikiran. Itulah sebabnya kita sering mendengar orang berkata bahwa orang kaya belum tentu sukses, namun orang yang sukses pasti kaya secara material dan spiritual.

Meski demikian, sukses bukanlah sebuah tujuan akhir; sukses adalah sebuah perjalanan. Success is not a destination; success is a journey! Ya, sukses adalah sebuah perjalanan! Jika kita telah berhasil meraih sebuah impian, kita toh tetap harus meneruskan perjalanan. Akhir dari perjalanan itu adalah ketika kita menutup mata dan kembali ke hadirat-Nya. Motivator dan pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell selalu menegaskan agar dalam perjalanan sukses itu kita senantiasa melakukan apa yang harus kita lakukan. Intinya, tempuhlah perjalanan sukses dengan benar dan hargailah prosesnya bukan hasil akhir. Bagaimana menurut Anda?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesempatan sekali lagi


Malam hari di bulan April 1997, suami saya Adrew sedang melaksanakan tugas rutinnya. Hari sudah malam sehingga memberikan udara yang cukup dingin di musim semi ini.

Andy malam itu bertugas sebagai supervisor di dinas panggilan medis darurat di daerah kami untuk membantu memberikan pertolongan medis secara cepat. Andy berharap malam itu bisa berlalu dengan tenang saat penggilan datang melalui radio panggil yang ada di mobil, bahwa ada orang yang pingsan di depan swalayan K-Mart. Dia segera memacu mobil emergency-nya ke depan swalayan. Mobil itu menyediakan semua peralatan pendukung dari petugas paramedis yang memenuhi panggilan darurat itu.

Saat Andy tiba, dia melihat seorang laki-laki usia paruh baya di teras swalayan K-Mart sedang berusaha dengan susah payah untuk tetap sadar. Orang itu berbicara dengan petugas medis yang tiba, sebentar sadar sebentar kemudian tidak. Dalam beberapa menit kemudian dia tergeletak tidak sadar di lantai.

Saat petugas medis memasang monitor jantung di dada orang itu, terlihat di layar suatu gelombang grafik yang dinamakan ritme jantung yang fatal yaitu ventrikular tacikardia atau V-Tach. Jantung berdetak luar biasa cepat dan tidak bisa efektif memompa darah ke organ-organ vitalnya. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak akan bertahan hidup lebih lama.

Suami saya dan teamnya memulai pekerjaan mereka. Dengan cepat mereka melakukan tindakan penyelamatan sesuai dengan prosedur tindakan medis yang sudah ditentukan. Tetapi semua prosedur tindakan medis itu tidak menunjukkan hasilnya dan kondisi laki-laki itu semakin payah.

Langkah berikutnya untuk menstimulasi detak jantung, adalah dengan pemberian kejutan elektrik. Ini adalah langkah akhir, walaupun berdasarkan observasi yang diperoleh kelihatannya laki-laki itu tidak akan bertahan, atau pun jika dapat bertahan hanya sebentar saja.

Setelah beberapa kali diberikan kejutan listrik di dadanya, jantung laki-laki itu kembali berdetak, mulai siuman sebentar tetapi kemudian kehilangan kesadarannya lagi. Jantungnya secara periodik mulai berdetak. Dengan pemberian kejutan listrik ringan yang lain, akhirnya dia bisa sadar kembali.

Tetapi saat sadar, laki-laki itu bukannya berada dalam keadaan lemas atau pemulihan, tetapi dia malah tampak bingung dan berang serta sangat marah, karena katanya para team medis itu telah membuat dia “hidup di dunia kembali.”

Laki-laki itu segera di kirimkan ke UGD di rumah sakit terdekat dan Andy pulang setelah giliran jaganya selesai. Di rumah dia menceritakan kerjadian menarik malam itu. Dia bingung mengapa laki-laki itu marah karena Andy beserta team medis sudah menyelamatkannya, sementara orang lain biasanya pasti berterima kasih sekali.

Setelah itu kami tidak memikirkannhya lagi, sampai sekitar sebulan kemudian sebuah surat diterima oleh departemen emergency, ditujukan ke staf ER (Emergency Response) dan awak ambulans. Surat itu berasal dari laki-laki yang telah mereka selamatkan di depan toko swalayan K-Mart.

Dalam surat itu, dia berterima kasih atas semua pertolongan dan bantuan yang diterima saat dia memerlukannya. Dia berkata bahwa setelah menjalani operasi by-pass dan implantasi peralatan di dalam jantung, detak jantungnya kembali kembali normal dan setiap hari kondisi kesehatannya semakin membaik.

Dia juga minta maaf karena sudah marah kepada team medis yang telah menyelamatkannya. Di akhir surat dia menjelaskan kepada Andy mengapa dia bertindak seperti itu. Terbaca :

“Saya tidak akan pernah mampu sepenuhnya berterima kasih kepada anda semua atas semua pertolongan yang sudah anda berikan. Tetapi saya akan mencobanya, dengan terus menjalani dan mengisi hidup, untuk menjadi contoh kepada orang lain agartidak mengabaikan kesehatannya seperti yang pernah saya lakukan.

Saya telah pergi ke surga waktu itu ... setidaknya dua kali! Itu adalah pengalaman yang sangat agung dan saya merasakan kedamaian dan sukacita yang sangat luar biasa - untuk beberapa saat ... Sekarang saya menyadari bahwa saat ini belum waktunya bagi saya untuk tinggal di tempat yang sangat agung dan mulia itu ... Saya cukup memahami sekarang, selain untuk tidak takut terhadap kematian, tetapi juga untuk mampu mengasihi dan menghargai hidup serta melaksanakan rencana Allah selama saya hidup di dunia ini. Di akhir hidup saya, saya mempunyai sukacita dalam menjalani hidup karena telah lebih mengenal Pencipta saya dan tempat di mana Dia menunggu kita semua – surga yang sangat mulia.

Semuanya itu adalah hal yang sangat nyata dan berarti, yang membuat saya yakin dalam memilih untuk percaya dan mengikutiNya.”

Kebenaran itu sudah mengubah hidupnya, dan menjadi sebuah pelajaran yang berharga bukan saja untuknya tetapi juga untuk kami semua.


***
Oleh Audrey Gilger

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS